Beberapa
Sarcodina mempunyai pelindung berupa testa, misalnya Foraminifera dan
Radiolaria yang hidup di laut. Sarcodina yang hidup di air tawar
mempunyai vakuola kontraktil untuk membuang kelebihan air di dalam sel.
Beberapa jenis dapat membentuk sista jika lingkungan tidak
menguntungkan.
Sel
Sarcodina dilindungi oleh sebuah membran tipis, di bagian luarnya
terdapat lapisan tipis yang agak kaku disebut ektoplasma. Ektoplasma
berfungsi sebagai tempat ekskresi dan tempat pertukaran gas, yaitu
masuknya oksigen dan keluarnya karbon dioksida. Di sebelah dalam membran
sel terdapat sitoplasma bergranuler dan nukleus yang berbentuk
lonjong.
Semua
Sarcodina menggunakan kaki semu atau pseudopodia yang berupa perluasan
protoplasma untuk bergerak dan menelan partikel makanan dengan
fagositosis. Gerak dengan penjuluran sitoplasma membentuk kaki semu
disebut gerak amoeboid. Makanan yang masuk segera dilingkupi oleh
membran yang kemudian membentuk vakuola.
Kemudian
enzim dikeluarkan ke vakuola makanan untuk mencerna makanan menjadi
zat-zat yang dapat digunakan oleh sel. Sisa makanan yang tak dapat
dicerna (dihancurkan) dikeluarkan melalui ektoplasma. Setelah melewati
masa pertumbuhan, Amoeba bereproduksi dengan cara membelah diri menjadi
dua sel anak yang sama. Proses ini disebut pembelahan biner.
Perhatikan beberapa contoh sarcodina berikut ini.
a. Amoeba,
setidaknya ada enam jenis Amoeba yang bersifat parasit di dalam tubuh
manusia. Amoeba yang paling penting adalah Entamoeba histolytica yang
dapat menyebabkan penyakit amoebiasis dan disentri yang sering berakibat
fatal. Entamoeba gingivalis hidup dalam mulut manusia dan Entamoeba
coli menghuni usus manusia namun tidak bersifat patogen.
b.
Foraminifera, meliputi lebih dari 30.000 jenis yang telah diketahui,
sebagian diantaranya merupakan fosil. Foraminifera menyerupai Amoeba
yang hidup di laut tetapi mempunyai cangkang pelindung yang disebut
testa. Kebanyakan testa berdinding rapat, namun ada pula yang berpori.
Bentuk testa bermacam-macam, ada yang seperti tabung sederhana hingga
yang berbentuk bilik spiral.
Ukurannya
rata-rata hanya 0,05 cm namun ada yang mencapai 8 cm. Foraminifera
bergerak dengan pseudopodia kecil yang muncul pada bagian testa yang
terbuka yang disebut apertur. Pada testa yang berpori, pseudopodia
menjulur melalui pori-pori ini. Foraminifera berkembang biak secara
seksual dan aseksual. Seluruh sitoplasma digunakan untuk membentuk sel
anak sehingga sel induk mati setelah berkembang biak. Foraminifera yang
ada yang hidup di dasar laut dan ada yang mengapung di permukaan laut
menyusun plankton.
Makanan
utamanya adalah bakteri dan diatom. Jika mati, cangkang testanya
tenggelam dan berkumpul membentuk tanah globigerina (diambil dari nama
Globigerinidae, yaitu salah satu familia dari Foraminifera yang paling
melimpah). Piramida di Mesir dibuat dari tanah Foraminifera yang
dilapisi dengan granit. Para ahli geologi juga mempelajari endapan
cangkang Foraminifera sebagai petunjuk lokasi ditemukannya cadangan
minyak bumi.
c.
Radiolaria, bersifat uniseluler seperti amoeba namun dilengkapi dengan
eksoskeleton yang rumit disebut testa. Testa berfungsi sebagai
pelindung. Biasanya berbentuk bulat simetris yang lebarnya dapat
mencapai beberapa milimeter. Umumnya terbuat dari silika dan sering
mempunyai tonjolan-tonjolan keluar.
Testa
berpori yang digunakan untuk menjulurkan pseudopodia guna mencari makan.
Sitoplasma Radiolaria mengandung banyak vakuola yang membantu untuk
tetap mengapung di perairan. Radiolaria berkembang-biak secara aseksual
dengan pembelahan inti yang diikuti pemisahan sitoplasma dan sebagian
testa. Radiolaria yang mati cangkangnya tenggelam dan mengendap
membentuk lapisan tanah radiolaria di dasar laut dalam.
0 Response to "Penjelasan Sarcodina atau Rhizopoda (Amoeba, Foraminifera dan Radiolaria)"
Post a Comment