|
#Biologi_Kelas_X Penjelasan Ciri-Ciri Morfologi dan Fisiologi Jamur atau Fungi
- Fermentasi pada pembuatan tempe dibantu oleh suatu jamur atau
cendawan, kapang, atau sering disebut juga dengan fungi. Sebenarnya
masih banyak jenis jamur di sekitar kita.
Cobalah
amati lagi di sekitar halaman rumah, sekolah, atau kebun. Pernahkah
melihat jamur yang hidup di batang kayu atau di sekitar sampah ?
Bagaimana bentuk dari jamur tersebut, termasuk jenis apakah jamur itu ?
Ada jamur yang dapat dimakan, misalnya jamur merang dan jamur kuping.
Jamur jenis ini memiliki nilai gizi yang tinggi, termasuk jenis apakah
jamur ini ?
Selain
menguntungkan, jamur juga dapat merugikan, Misalnya menyebabkan penyakit
dan kebusukan. Contoh penyakit yang disebabkan jamur adalah panu,
kadas, dan keputihan, sedangkan kebusukan dapat menyerang akar, batang,
daun, dan buah tanaman yang menyebabkan petani rugi. Karena jamur
berhubungan dengan kehidupan kita, maka kita mempelajari jamur lebih
mendalam.
1. Ciri-Ciri Morfologi Jamur
Bentuk jamur
mirip dengan tumbuhan, tetapi tidak memiliki daun dan akar yang sejati,
juga tidak mempunyai klorofil sehingga dia tidak dapat melakukan
fotosintesis. Untuk itulah jamur digolongkan atau diklasifikasikan
tersendiri karena tidak dapat digolongkan dalam tumbuhan atau hewan.
Dari hasil kegiatan yang Anda lakukan, Anda dapat mengetahui ternyata
jenis jamur ada yang dapat dilihat secara langsung atau bentuknya
makroskopis dan ada yang harus diamati menggunakan mikroskop karena
bentuknya mikroskopis.
Pada umumnya
jamur mempunyai sel banyak (multiseluler) misalnya jamur merang dan
jamur tempe, tetapi ada juga yang bersel tunggal (uniseluler) seperti
ragi atau yeast / Saccharomyces. Jamur yang multiseluler tersusun atas
benang-benang yang disebut dengan hifa. Apabila dilihat dengan mikroskop
tampak bentuk hifa ini bersekat-sekat (bersepta) dan tidak bersekat
Dari gambar
disamping tampak bahwa pada hifa yang bersekat, tiap sekat terdapat satu
sel yang terdiri atas satu atau beberapa inti sel. Adapun pada hifa
yang tidak bersekat, inti selnya tersebar di dalam sitoplasma yang
disebut dengan sinositik.
Seperti yang terlihat pada mikroskop, sel-sel jamur ini sudah memiliki membran inti sel, sehingga dikelompokkan sebagai organisme eukariotik. Dinding sel jamur ini terbuat dari kitin yang dapat memberikan bentuk dari sel-sel jamur.
Seperti yang terlihat pada mikroskop, sel-sel jamur ini sudah memiliki membran inti sel, sehingga dikelompokkan sebagai organisme eukariotik. Dinding sel jamur ini terbuat dari kitin yang dapat memberikan bentuk dari sel-sel jamur.
Jalinan/kumpulan
hifa-hifa ini akan membentuk suatu miselium, dan miselium inilah yang
tumbuh menyebar di atas substrat dan berfungsi sebagai penyerap makanan
dari lingkungannya.
Bagaimana
cara jamur mendapatkan makanan? Seperti yang Anda lihat, karena jamur
tidak mempunyai klorofil, jadi dia tidak dapat berfotosintesis, sehingga
hidup secara heterotrof dengan memperoleh zat makanannya dengan cara
menyerap dari lingkungannya atau substratnya. Tetapi makanannya yang
masih berbentuk senyawa-senyawa kompleks akan diuraikan terlebih dahulu
di luar sel jamur, yaitu dengan menghasilkan enzimenzim hidrolitik
ekstraseluler.
Makanan
jamur bisa berasal dari sumber-sumber seperti tanah subur, produk
makanan buatan pabrik, tubuh hewan atau tumbuhan, baik yang sudah mati
(sebagai saprofit) atau yang masih hidup. Jamur yang hidup pada inang
hidup dapat bersimbiosis mutualisme, yaitu dapat membantu tumbuhan
memperoleh mineral dari tanah. Tetapi kebanyakan bersifat parasit, jamur
ini memiliki haustorium, yaitu suatu hifa yang khusus digunakan untuk
menyerap makanan dari inangnya.
2. Cara Jamur Bereproduksi
Secara
alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara
aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu
dengan cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa,
penguncupan, yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan
kecil pada sel inangnya atau pembentukan spora. Spora aseksual ini
berfungsi untuk menyebarkan speciesnya dalam jumlah yang besar dengan
melalui perantara angin atau air.
Ada beberapa macam spora aseksual, di antaranya seperti berikut.
a.
Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi
hifa. Ada yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium,
sebaliknya konidium yang berukuran besar dan bersel banyak disebut
makrokonidium.
b. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
Ada dua
macam sporangiospora yang tidak bergerak (nonmotil) disebut aplanospora
dan sporangiospora yang dapat bergerak karena mempunyai flagela yang
disebut zoospora.
a. Oidium/artrospora, yaitu spora bersel tunggal yang terbentuk karena terputusnya sel-sel hifa.
b.
Klamidospora, merupakan spora bersel satu, berdinding tebal, dan sangat
resisten terhadap keadaan yang buruk. Spora ini terbentuk dari sel-sel
hifa yang somatik.
c. Blatospora merupakan tunas/kuncup pada sel-sel khamir.
Perkembangbiakan
jamur secara seksual dilakukan dengan peleburan inti sel/nukleus dari
dua sel induknya. Reproduksi secara seksual ini lebih jarang dilakukan
dan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan secara aseksual.
Perkembangbiakan ini terjadi apabila berada dalam keadaan tertentu.
Seperti halnya spora aseksual jamur, jenis spora seksual jamur pun
bermacam-macam, yaitu sebagai berikut.
3. Ciri-Ciri Fisiologi Jamur
Cobalah
amati makanan seperti selai atau manisan yang sudah basi. Apabila sudah
basi, sering makanan itu terlihat berwarna kehitaman, warna itu
merupakan jamur yang merusak, bukan bakteri. Dengan demikian, dapat
diketahui jamur lebih tahan hidup dalam keadaan alam sekitar yang tidak
menguntungkan dibandingkan dengan jasad-jasad renik lainnya. Jamur dapat
tumbuh pada suhu yang luas dari suhu yang mendekati 0°C sampai 37°C.
0 Response to " Penjelasan Ciri-Ciri Morfologi dan Fisiologi Jamur atau Fungi"
Post a Comment