PERANAN INDONESIA DI DUNIA INTERNASIONAL
A.  Konferensi Asia Afrika
1.LatarbelakangKonferensiAsiaAfrika
KAA adalah pertemuan antara negara-negara benua Asia dan Afrika. Indonesia merupakan pemrakarsa penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA). Negara-negara tersebut berkumpul untuk menghasilkan beberapa kesepakatan. Salah satunya adalah untuk mewujudkan perdamaian dunia. KAA diselenggarakan di Bandung, Jawa Barat. KAA merupakan salah satu wujud politik bebas aktif Indonesia dalam tingkat internasional, KAA merupakan salah satu upaya mewujudkan perdamaian dunia. KAA menghasilkan beberapa keputusan penting, antara lain sebagai berikut.
  1. Memajukan kerja sama antarnegara di kawasan Asia dan Afrika dalam bidang social, ekonomi dan kebudayaan
  2. Menyerukan kemerdekaan Aljazair, Tunisia, dan Maroko dari penjajahan Perancis.
  3. Menuntut pengembalian Irian Barat (sekarang Papua) kepada Indonesia dan Aden kepada Yaman.
  4. Menentang diskriminasi dan kolonialisme.
  5. Ikut aktif dalam mengusahakan dan memelihara perdamaian di dunia.
Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika merasa senasib dan sepenanggungan. Bangsa-bangsa tersebut pernah dijajah oleh bangsa dari negara lain. Selain itu, dengan adanya perang dingin ditandainya ada dua blok, yaitu blok barat yang diprakarsai oleh Amerika Serikat dan blok timur dipelopori oleh Uni Soviet. Perasaan senasib sepenanggungan dan persaingan dari kedua blok tersebut yang melatar belakangi timbulnya konferensi Asia Afrika yang dipelopori oleh Indonesia.

2. Konferensi Asia Afrika yang dicetuskan oleh Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo dimulai oleh Konferensi Kolombo yang biasa disebut Konferensi Pancanegara I. Selanjutnya Konferensi Bogor yang disebut Konferensi Pancanegara II.
3. Konferensi Kolombo berlangsung pada tanggal 28 April hingga 2 Mei 1954 diikuti oleh 5 negara, yaitu Indonesia, India, Pakistan, Birma dan Srilangka.
  1.  Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo.
  2. India diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawaharlal Nehru.
  3. Birma diwakili oleh Perdana Menteri Unu.
  4. Pakistan diwakili oleh Perdana Menteri Muhammad Ali Jinnah.
  5. Srilanka diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala.
4. Konferensi Bogor yang dihadiri 5 negara seperti Konferensi Kolombo, dilaksanakan pada tanggal 28-31 Desember 1954. Tujuan konferensi tersebut untuk persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika. Hasil keputusan Konferensi Bogor (Pancanegara II) adalah sebagai berikut.
  1. Konferensi Asia Afrika I akan dilaksanakan di Bandung pada bulan April 1955.
  2. Penetapan peserta yang akan diundang.
  3. Lima negara yang hadir pada Konferensi Bogor ditetapkan sebagai negara sponsor Konferensi Asia Afrika.
Adapun susunan pengurus dalam KAA, adalah sebagai berikut.
  • Ketua : Mr. Ali Sastromijoyo
  • Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir Rooseno
  • Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muh Yamin
  • Sekretaris Jenderal KAA : Roeslan Abdulgani
Peran bangsa Indonesia dalam KAA adalah sebagai pelopor, tuan rumah, penyelenggara, dan ketua penyelenggara. KAA menetapkan keputusan yang dikenal dengan nama Dasasila Bandung.

B.      Peranan Indonesia Dalam Konferensi Asia Afrika (KAA)
Ide pelaksanaan KAA dari Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo. Peranan Indonesia dalam menggelar Konferensi direstui oleh negara-negara sponsor yaitu India, Pakistan, Birma dan Srilangka.
Setelah mengadakan persiapan dengan diadakannya Konferensi Kolombo dan Konferensi Bogor, maka Indonesia ditetapkan sebagai tuan rumah. KAA diadakan pada tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka, Bandung. Pada saat itu, Ir. Soekarno diminta untuk membuka KAA dan memberikan sambutan.
Pidato beliau menyatakan bahwa bangsa di Asia Afrika berbeda-beda, tetapi mempunyai nasib yang sama, yaitu sama-sama menderita akibat dijajah bangsa barat. Oleh karena itu, Ir. Soekarno berperan pada bangsa di dunia untuk menyatukan dan memperkokoh perdamaian dunia.
Pidato Ir. Soekarno dsambut hangat oleh negara peserta KAA. GAgasan yang diutarakan, akhirnya diterima baik leh negara yang hadir. Ali Sastroamijoyo terpilih sebagai ketua Konferensi, sementara sekretaris jenderalnya juga dari Indonesia, yaitu Ruslan Abdulgani.

C.
      Keanggotaan Indonesia dalam PBB
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations (UN) merupakan organisasi yang menghimpun negara-negara didunia. PBB didirikan oleh empat negara besar, yaitu Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan China. PBB dibentuk untuk membuat tatanan duniamenjadi lebih baik dan lebih damai, terbebas dari peperangan dan permusuhan. Organisasi ini bermarkas di kota New York, Amerika Serikat. Sampai saat ini, anggota PBB berjumlah 191 negara. Jadi, hampir seluruh negara di dunia telah menjadi anggota PBB. Semua negara yang menjadi anggota PBB memiliki kedudukan yang sama. Negara besar maupun kecil, baik kaya atau miskin, semuanya memilliki hak dan kewajiban yang sama terciptanya perdamaian dunia.
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan pada tanggal 24 Oktober 1945 di San Fransico, Amerika Serikat dengan tujuan sebagai berikut:
  1. Memelihara perdamaian dan keamanan internasional.
  2. Mempererat hubungan persaudaraan bangsa-bangsa.
  3. Mengadakan kerjasama internasional untuk memecahkan masalah ekonomi, social kebudayaan dan kemanusiaan.
  4. Menanamkan rasa hormat terhadap hak-hak manusia dan kemerdekaan.
  5. Menjadi pusat penyesuaian tindakan bangsa-bangsa guna mencapai tujuan bersama.
Indonesia mulai masuk PBB tanggal 28 September 1950 menjadi anggota ke-60. Alasannya karena tujuan PBB seiring dengan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945.
Peran PBB bagi tegaknya kedaulatan Indonesia, yaiutu PBB menjadi perantara Indonesia dan Belanda dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) tahun 1949. Hasilnya, kerajaan Belanda mengakui secara resmi kemerdekaan Indonesia. PBB juga berperan penting dalam kembalinya Irian Barat (sekarang Papua) ke pangkuan Indonesia tahun 1963. PBB berhasil mendesak Belanda untuk mengembalikan Papua ke Indonesia.
Peran Indonesia bagi PBB selama menjadi anggota adalah Indonesia berperan aktif dalam misi-misi perdamaian yang dilakukan Dewan Keamanan (DK) PBB. Indonesia ikut mengirim kontingen pasukan Garuda untuk turut memelihara perdamaian dunia.
Berikut merupakan keikutsertaan Indonesia dalam misi-misi perdamaian yang dilakukan bersama PBB.
  1. Pasukan Garuda I bertugas di wilayah Gaza dan Sinai di Timur Tengah dari bulan Januari 1957 hingga September 1957 untuk mengawasi penarikan mundur pasukan Israel.
  2. Pasukan Garuda II bertugas di Kongo (Zaire) dari bulan September 1960 hingga Mei 1961 untuk menyelesaikan perang saudara.
  3. Pasukan Garuda III bertugas di Katanga, Zaire dari bulan Desember 1963 hingga Agustus 1964 untuk menyelesaikan perang saudara.
  4. Pasukan Garuda IV bertugas di Vietnam Selatan dari bulan Januari 1973 hingga Agustus 1973 untuk mengawasi gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang.
  5. Pasukan Garuda V bertugas di Vietnam Selatan dari bulan Agustus 1973 hingga April 1974 untuk mengawasi gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang.
  6. Pasukan Garuda VI bertugas di Timur Tengah dari bulan Desember 1973 hingga Septeember 1974 untuk mengawasi gencatan senjata antara Mesir dan Israel.
  7. Pasukan garuda VII bertugas di Vietnam Selatan dari bulan April 1974 hingga September 1974 untuk mengawasi gencatan senjata dan pertukaran tawanan perang.
  8. Pasukan Garuda VIII bertugas di Sinai, Timur Tengah dari bulan September 1974 hingga Oktober 1979 untuk mengawasi gencatan senjata antara Mesir dan Israel.
  9. Pasukan Garuda IX bertugas di wilayah Irak pada tahun 1988 untuk menjaga keamanan dan mengawasi gencatan senjata perang Iran-Irak.
  10. Kontingen Kepolisian RI bertugas di Namibia, Afrika pada tahun 1989 untuk membantu PBB mengawasi pelaksanaan pemilihan umum.
  11. Pasukan Garuda XI bertugas di Kamboja pada tahun 1991 untuk mengawasi gencatan senjata dan keamanan serta ketertiban.
  12. Pasukan Garuda XII bertugas di Kamboja pada tahun 1992 untuk menciptakan ketertiban dan mengawasi pelaksanaan pemilihan umum.

D.      Gerakan Nonblok
Gerakan Nonblok merupakan gerakan untuk tidak memihak salah satu blok kekuatan didunia. Pendirian organisasi ini berperan dalam meredam ketegangan dunia. Keberadaan  organisasi ini dapat membendung perluasan dari kedua blok yang berseteru. Gerakan ini diikuti oleh sejumlah negara termasuk Indonesia. Oleh karena itu, peranan Indonesia dalam organisasi ini cukup penting.
Pada tahun 50-an masih banyak negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka. Bangsa-bangsa dari negara-negara yang belum merdeka tersebut berjuang melawan penjajahan di negaranya masing-masing. Oleh karena itu, bangsa Indonesia yang sudah merasakan sengsaranya hidup dijajah, berupaya membantu perjuangan bangsa-bangsa Asia-Afrika tersebut.
Indonesia bersama negara-negara India, Mesir, Ghana, dan Yugoslavia membentuk Gerakan Nonblok. Nonblok berarti, blok yang tidak menjadi anggota negara-negara blok barat ataupun blok timur.
Pada tahun 1961, jumlah negara yang bergabung dalam Gerakan Nonblok baru 25 negara. Namun pada tahun 1995, jumlahnya meningkat menjadi 113 negara. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) diselenggarakan di berbagai kota dunia yang negaranya menjadi anggota Nonblok. Perhatikan tabel berikut.

KTT
TAHUN
KOTA
NEGARA
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
1961
1964
1970
1973
1976
1979
1983
1986
1989
1992
1995
BEOGRAD
KAIRO
LUSAKA
ALIJIR
KOLOMBO
HAVANA
NEW DELHI
HARERE
BEOGRAD
JAKARTA
CARTAGENA
YUGOSLAVIA
MESIR
ZAMBIA
ALJAZAIR
SRI LANKA
KUBA
INDIA
ZIMBABWE
YUGOSLAVIA
INDONESIA
KOLOMBO

Tujuan GNB antara lain sebagai berikut.
  1. Mengembangkan solidaritas antara sesame negara berkembang dalam mencapai persamaan, kemakmuran dan kemerdekaan.
  2. Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perseteruan antara Blok Barat dengan Blok Timur.
  3. Berusaha membendung pengaruh buruk, baik dari Blok Barat maupun Blok Timur.
Peran Indonesia dalam GNB sangatlah besar dan penting. Indonesia merupakan salah satu negara penggagas berdirinya GNB. Indonesia sukses menggelar KTT X GNB di Jakarta. Selain itu Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991. Pada waktu itu kawasan tersebut dilanda peperangan antar etnis.


Sumber


0 Response to " "

Post a Comment